Copyright © Volunteer
Design by Dzignine
Wednesday, April 10, 2013

Marrisa Anita presenter favorite ku




Marissa Anita (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 29 Maret 1983;) adalah seorang jurnalis Indonesia yang berkarir di Metro TV. Dia dengan koleganya yang lain memandu acara 8-11 Show dari jam 8 pagi sampai jam 11 siang hampir setiap harinya. Marissa berkiprah di Metro TV sejak tahun 2008 dengan terlebih dahulu menjadi reporter di lapangan yang dia jalani selama 3 tahun. Pada tahun 2011, dia mendapat kesempatan untuk meliput Cannes Film Festival di Paris, Perancis bersama para jurnalis lainnya dari seluruh dunia.

Marissa menempuh pendidikan tingginya di Universitas Atma Jaya, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Setelah tamat, dia sempat menjadi guru bahasa Inggris sebelum melanjutkan pendidikannya ke University of Sydney, New South Wales, Australia, jurusan Jurnalistik.




cantik kaannnn........



Kecintaannya pada bahasa memudahkannya dalam mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasa ibu. Kini Marissa menguasai sedikitnya lima bahasa selain bahasa Indonesia, yaitu bahasa Inggris, Jepang, Perancis, Mandarin dan Italia.
Penampilan yang segar diiringi suara tawanya yang khas membuat siapapun enggan melewatkan pagi berjauhan dari televisi. Di luar aktivitasnya di depan layar, perempuan ini masih sempat membagi energi untuk teater dan film yang disebutnya sebagai cinta keduanya. MEMASUKI apartemennya yang mungil di kawasan Sudirman, segera tertangkap kesan bila sang pemilik adalah pencinta film kelas berat. Deretan DVD berjajar memenuhi rak berdampingan dengan buku-buku, majalah serta aneka pajangan yang ditata secara personal. Setumpuk DVD baru yang masih tersegel rapi diletakkan begitu saja di sudut meja ruang tamu yang didominasi warna pastel tersebut, “Baru datang dari Amazon, nih. Rata-rata film Meryl Streep, aktris favorit saya!” ujarnya sumringah. Ditemani fusion tea yang diseduhnya dalam keramik cantik asal Bagan Siapi-api, Marissa yang baru saja menuntaskan tugas siarannya bercerita dengan lancar perihal pekerjaan, passion dan hal-hal yang tidak banyak diketahu orang tentang dirinya.

Sebagai presenter di program pagi hari, bagaimana tipikal hari Anda? 
Saya sampai di kantor jam 6 kurang untuk mempersiapkan siaran. Mulai dari mengedit naskah, riset, dan mengolah dialog sebelum akhirnya dirias dan tampil live selama tiga jam di 8-11 Show. It’s a breakfast show. Kami menyampaikan berita tanpa berjarak dengan pemirsa kami. Mulai dariparenting issue, politik, gaya hidup dan komunitas. Banyak kejadian seru setiap hari, termasuk hal-hal yang tidak diduga. Misalnya saat tersandung atau terpeleset lidah, ya dibuat improvisasi saja. Atau kadang ada narasumber yang tidak menjawab sesuai dengan ekspektasi, ya dikejar saja sampai benar-benar mendapat jawaban yang diinginkan.

Bekerja di stasiun televisi berita, ada tuntutan untuk tahu banyak hal?
Itu hal yang sangat alami bagi seorang presenter, karena setiap hari dia ‘makan’ berita. Saat di rumah atau sedang bersantai pun, by default saya akan mencari berita. You just don’t wanna miss a thing. Because when you’re doing it, and you love the world, it something that becomes you.

Melihat karier Anda ke depan?
Saya akan tetap di media karena ini adalah dunia yang saya cintai. Saya tidak terlalu tertarik terjun ke dunia politik karena untuk membuat perubahan atau pergerakan lebih susah. Against all odds itu melelahkan, loh. Lingkungan kadang tidak mendukung dalam membuat suatu kebijakan. Daripada menjadisingle fighter, saya memilih berkonsentrasi di media dan mencoba memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Mungkin lama, but I hope I’ll see a better Indonesia in my lifetime. Ha ha ha.


Anda juga aktif di teater, kan?

Yesss! Saya cinta banget dengan teater. Gara-gara waktu kuliah S1 di Atmajaya ada mata kuliah drama. Kami diundang untuk tampil di American Club oleh Jakarta Players, kelompok teater gabungan yang beranggotakan warga lokal dan ekspat yang bergerak charity based. Semua pemasukan disumbangkan untuk pengembangan rumah warga miskin di Indonesia. Sejak tahun 2005 saya terlibat di sana. Terakhir saya ikut terlibat dalam Russian play, The Government Inspector dan Veronica’s Room yang disutradarai oleh suami saya sendiri. Very creepy. Saya suka peran yang ceria, tapi saya juga peran yang sangat serius dan drama. Karena sibuk, sudah hampir setahun saya tidak terlibat dalam produksi, mungkin saya akan ambil bagian dalam pertunjukan selanjutnya.

Arti akting bagi Anda?
My two big passions are journalism and film/theatre. Di saat penat dan suntuk di kantor, saya lari ke teater. Memang it’s another stress, karena harus menghapal naskah panjang, but it’s a good stress. Teater menyeimbangkan hidup saya. Anda penikmat film, menulis resensi film. Tidak ingin ambil bagian dalam film Indonesia sekalian? Pelan-pelan sudah. Jadi kritikus film, jalan saya pun sudah menuju ke sana. Saya menjadi kontributor di suatu media online dan menulis sebagian besar mengenai film, bukan sekadar sinopsis tapi memberikan analisa. Apapun yang saya tulis, nggak semua orang harus setuju. It’s the way I see it. Setiap kritikus film, mengkritik berdasarkan apa yang dia alami, pengalaman pribadi dan sejarah hidupnya, so it’s a very fascinating world. Selain itu saya juga pernah pernah bermain dalam film pendek Broken Vast bersama Edward gunawan, termasuk mengisi suara dalam film Arisan 2 dan Modus Anomali. Sepertinya saya sudah di-tagged buat jadi pengisi suara ya, ha ha ha! Tawa Anda sangat khas ya… Ha ha ha. Eh, Ini turunan dari ibu saya. Kalau ketawa dia sangat “mhuawmhua hua” Aktivitas favorit lainnya? Memasak. Saya sering pulang bawa resep dari para chef di show untuk dipraktikkan di rumah. Saya juga mengoleksi beberapa buku resep seperti Nigela Lawson dan Jamie Oliver. Tapi setelah menimbang-nimbang dari perjalanan memasak sejak kuliah, kayaknya saya tetap lebih suka masakan Indonesia. Sekarang jadi ngerti kenapa orang Belanda ngotot banget mencari bumbu di sini, karena masakan Indonesia itu memang kaya banget.Indonesian and South Asian food are the best! Saya juga suka menulis dan berencana kelak membuat buku non fiksi mengenai perjalanan jurnalistik. Belum ketemu formatnya seperti apa, tapi mungkin 5-10 tahun lagi setidaknya buku itu sudah terbit. Menjalani hidupnya saat ini, perempuan berusia 29 tahun merasa sudah menempuh jalur yang benar dan disukainya. “Seluruh bidang yang saya sukai, saya jalankan. Mulai dari jurnalistik, film, teater sampai memasak (I got to cook in my show and that’s great!). saya juga suka bahasa, mungkin karena dulu sempat sekolah pariwisata dan diajarkan berbagai bahasa seperti Jepang, Prancis dan Italia. Sekarang mungkin saya berada di level 4, namun saya akan berusaha mencapai level 10 dalam hidup saya. I’m happy with who I am right now and with what I do.”


Anda kan sudah menikah, masih bisa hang out sama teman-teman?

Masih banget. Suami saya sangat suportif. Lingkaran pergaulan kami juga sama. Ada saatnya saya ingin ngumpul sama sahabat-sahabat wanita saya, dan dia sangat membebaskan. Saya pikir hubungan yang sehat memang sudah seharusnya seperti itu. Tidak saling membatasi. Just let each other breath and let each other grow. Dalam pergaulan, saya sangat menjunjung keterbukaan. Blak-blakan saja. Itu yang bikin hubungan dekat dan saling tahu satu sama lain. It’s almost like a marriage. Tapi mungkin buat sebagian orang saya ini terlalu jujur dan terlalu terus terang ya, ha ha ha.


Siapa sahabat dekat Anda? 
Andrew, suami saya. Dengannya, saya bisa benar-benar ngomongin apa saja. Dari pertemanan, masalah, pekerjaan dan saya tetap merasa secured. Sari Latief is my second best friend. Oh, but in some cases, my mom is my second best friend too, ha ha ha! Hal yang orang tidak banyak tahu tentang Marissa Anita? I work too hard. Sometimes. Saya tidak punya batas dalam bekerja. Akhirnya kadang-kadang burn out, dan suami harus memaksa saya untuk rehat sebentar. I just can’t stop to think about so many things. I have to be able to control it. Dari kecil diajarkan untuk tidak menunda apapun, dan itu tercermin dari cara saya menjalankan pekerjaan.


Pendapat orang lain, penting buat Anda?

Saya tidak pernah melihat diri saya berbeda, jadi kadang saya surprised saat tahu ekspektasi orang lain terhadap diri saya. OK, I’m on TV. But that’s my job. Soal kritikan atau pujian, that’s part of life. In life, there’s always people who love you, there’s always people who think you’re OK and there’s always people who hate you for whatever reasons.


Anda cukup aktif di twitter. Apakah popularitas membuat Anda mengontrol isi tweet Anda?

Twitter is a fantastic tool for spreading good ideas and good values. Saya percaya orang mengikuti kita karena menyukai ide dan pikiran kita.Downside dari social network ini adalah kadang masuk ke wilayah yang terlalu personal dan membuat orang lebih ‘berani’ kejam satu sama lain. For me personally, I hate twit-war because you’re hanging your dirty laundry for people to see. Buat apa? Buat sensasi? Menambah jumlah follower? Saya tertarik menjadikan twitter sebagai sarana berbagi informasi dan ide saja.Nothing personal.

Filosofi hidup Anda?
Hidup itu terlalu singkat buat menyenangkan orang lain tanpa memikirkan diri sendiri. Always do what you love. Otherwise, what’s the point of living? DS (Jessica Huwae/Foto: Pandegajaya)
http://www.dailysylvia.com/artikel/ideal-world-marissa-anita

0 komentar:

Post a Comment